Percaya Diri dengan Berani Berpendapat
seperti yang sudah kita ketahui bahwa untuk melakukan "perubahan" diperlukan tiga faktor utama, yaitu, Mindset, Motivation, dan Action, dimana ke tiga faktor ini harus dipunyai seseorang untuk dapat berubah memperluas comfort zone nya.
sebelum lebih jauh melangkah (menulis tepatnya), saya akan tuliskan intisari kisahnya, kisah ini akan diceritakan dari sudut pandang orang pertama ;
Waktu sekolah aku merupakan murid terpintar dan selalu mendapatkan nilai yang baik, tapi aku tak pernah menyadari kalau teman sekelasku mengambil keuntungan akan tanggung jawabku di sekolah. Semua itu terjadi tahun lalu dimana aku menjadi murid yang sedih dan pemalu, aku sedih dan cemas setiap saat memikirkan hal-hal kecil yang membuatku lelah sepanjang waktu, aku sulit tidur atau makan karna aku juga berhenti bicara dengan teman-temanku semua seakan palsu dan aku mulai berpikir kalau mereka tidak begitu perduli denganku
Teman seelasku menginginkanku mengerjakan tugas mereka dan bahkan mama membuatku mengerjakan tugas adikku dan tidak perduli apa yang kurasakan semua orang memperlakukanku lebih seperti buku pelajaran dibandingkan manusia yang bisa ditanyai semua tugas dan test, mereka bahkan menanyakan jawaban untuk tugas kelas dimana awalnya aku tak masalah sampai mereka menanyakanku tentang segala hal dan tidak membiarkanku mengerjakan tugasku sendiri, saat kuminta mereka berhenti mereka akan berteriak padaku dan mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat dan disatu titik aku mulai mempercayai itu. Kuyakinkan kalau diriku emang orang jahat jadi aku mulai berhenti peduli akan segala hal menjauhkan diriku dari semua teman dan keluargaku, aku merasa tidak aman akan pemikiran mereka bahwa aku bukan siapa-siapa, aku akan menghabiskan waktu seharian menangis di kamar dan tidak ada satupun orang yang tau ataupun peduli denganku, aku bahkan terkena serangan panik dan tidak peduli, saat itu aku menangis semalaman aku begitu khawatir karna semua orang membenciku
.
.Segalanya berubah saat aku rasa itu sudah cukup, sejak tidak ada yang peduli dengan pendapatku jadi kuputuskan untuk pergi ke psikolog ia membuatku mengerti akan perasaanku lebih lagi dan membantuku melaluinya ia membuatku merasa penting dengan mendengarkanku dan berkata bahwa segalanya akan baik-baik saja bahwa aku hanya perlu mengatakan pada orang lain apa yang kurasakan sebenarnya. Ia mengajariku untuk santai dan bilang bahwa memberitahu orang lain untuk berhenti bukan berarti aku ini jahat melainkan cara menjaga diriku sendiri, semua orang punya batasan dan aku menemukan batasanku sejak itu aku mulai berinteraksi dan memberitahu orang lain apa yang kurasakan dan itu membuatku merasakan lebih bahagia dan percaya diri bukan hal yang buruk untuk menjaga dirimu sendiri kalau kamu pernah merasa tidak nyaman akan sesuatu kamu harus mengatakannya atau ga akan ada yang tahu, tidak baik menyimpan semua sendirian yang justru membuatmu sedih, atau kesepian, bahkan tidak berarti.
.
.Segalanya berubah saat aku rasa itu sudah cukup, sejak tidak ada yang peduli dengan pendapatku jadi kuputuskan untuk pergi ke psikolog ia membuatku mengerti akan perasaanku lebih lagi dan membantuku melaluinya ia membuatku merasa penting dengan mendengarkanku dan berkata bahwa segalanya akan baik-baik saja bahwa aku hanya perlu mengatakan pada orang lain apa yang kurasakan sebenarnya. Ia mengajariku untuk santai dan bilang bahwa memberitahu orang lain untuk berhenti bukan berarti aku ini jahat melainkan cara menjaga diriku sendiri, semua orang punya batasan dan aku menemukan batasanku sejak itu aku mulai berinteraksi dan memberitahu orang lain apa yang kurasakan dan itu membuatku merasakan lebih bahagia dan percaya diri bukan hal yang buruk untuk menjaga dirimu sendiri kalau kamu pernah merasa tidak nyaman akan sesuatu kamu harus mengatakannya atau ga akan ada yang tahu, tidak baik menyimpan semua sendirian yang justru membuatmu sedih, atau kesepian, bahkan tidak berarti.
Bisa kita bayangkan perasaan tokoh dalam kisah tersebut sangat tertekan dan sangat merasa tidak ada yang mempedulikannya sampai dia benar-benar merasa sebagai seorang loser. namun dia dapat bangkit dan menemukan solusi atas permasalahan yang dia alami, perlu diketahui bahwa, disetiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan tuhan tidak mungkin memberikan cobaan diatas kemampuan hambanya.
memiliki rasa percaya diri harus diawali dengan memiliki keberanian dan mindset optimis dengan jalan berpendapat dengan format "Consist Mindset", yaitu :
- Action Oriented
- Berpikir simpel
- Meminta bantuan orang lain
- Mengambil peluang terbaik
- Fokus pada eksekusi
- Memfokuskan keberanian berpendapat pada orang lain
Untuk memformatnya, kita perlu software keyakinan bahwa "Saya adalah apa yang saya pikirkan". Ingat saat tokoh berfikir bahwa dirinya orang jahat (loser) atau saat diyakini oleh psikolog, maka semudah itu pula dia merubah hidupnya.
Semoga Bermanfaat, Bima Ainul Fiqran
Comments
Post a Comment